Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Politik dan Pendidikan: Ladang Basah Meraih Kursi Kekuasaan

Selasa, 09 Januari 2024 | Januari 09, 2024 WIB Last Updated 2024-01-09T00:12:55Z

M Dapid Nur

Perhelatan pemilihan umum
semakin dekat, Indonesia sebagai salah satu negara demokrasi yang menyelenggarakan pemilihan umum sudah mempersiapkan semuanya dengan terstruktur dan sistematis.


Pemilihan umum dilaksanakan secara serentak pada tanggal 14 Februari 2024, berdasarkan data yang diperoleh dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) sekitar 204.807.222 daftar pemilih tetap yang akan menggunakan hak pilihnya, untuk  memilih calon pemimpin yang akan diberikan amanah sebagai presiden/wakil presiden serta para anggota legislatif (DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kota/Kabupaten).


Pergantian kekuasaan presiden/wakil presiden serta para anggota legislatif menjadi hal yang harus disikapi dengan serius, hal ini dikarenakan pemimpin yang terpilih akan menjalankan kepemimpinannya selama lima tahun mendatang. Semua peraturan dan pelaksanaan peraturan serta program unggulan akan diterapkan, entah semua itu akan menjadi hal yang baik atau hal yang buruk untuk rakyat Indonesia.


Maka dari itu perlu adanya partisipasi aktif dari masyarakat terhadap pemilihan umum, agar proses pemilihan pemimpin ini tidak sia-sia, partisipasi aktif ini tidak hanya datang ke TPS (Tempat Pemungutan Suara) untuk memilih saja, melainkan masyarakat juga harus terlibat dalam pengawasan serta pengawalan agar pemimpin yang terpilih memang benar dari dukungan mayoritas masyarakat Indonesia, sehingga kedepannya program dan peraturan yang dibuat akan berpihak kepada rakyat. Oleh karena itu kita sebagai masyarakat harus menjadi pemilih yang cerdas, pemilih yang mengenal lebih jauh terhadap calon pemimpin yang akan dipilih. 


Rakyat Indonesia harus lebih cerdas dalam memilih calon presiden/wakil presiden serta para anggota legislatif dengan mencari tahu lebih mendalam mengenai gagasan dan pemikiran serta pengalaman calon pemimpin yang akan dipilih nantinya.


Para calon pemimpin akan menebar seribu janji politik untuk memikiat hati rakyat agar memilihnya menjadi pemimpin, berkampanye sampai ke pelosok desa mencoba untuk meyakinkan rakyat bahwasannya dialah yang memangnya pantas dalam memimpin di negeri ini.


Janji-janji politik ditebar di jalanan, jembatan, tempat perbelanjaan, dengan spanduk yang selalu tersenyum seola-olah akan mendampingi rakyat dikala rakyat kesulitan. Janji politik yang selalu digaungkan dalam kampanye adalah kesejahteraan, peningkatan ekonomi, jaminan kesehatan, jaminan pendidikan, dan masih banyak lagi. 


Pendidikan menjadi salah satu ladang basah bagi calon pemimpin dalam memikat hati rakyat agar dapat memilihnya. Hal ini dikarenakan pendidikan menjadi salah satu kebutuhan dasar rakyat Indonesia, namun pendidikan juga mempunyai banyak problematika yang sampai hari ini belum dapat terselesaikan.


Carut-marut pendidikan menjadi hal yang selalu dijanjikan akan diperbaiki oleh setiap calon pemimpin dalam kampanyenya. Entah kedepannya, ketika pemimpin terpilih akan dapat membenahi atau akan lebih carut-marut lagi itu urusan belakang, bagi para calon pemimpin yang terpenting rakyat dapat memilihnya dan percaya akan janji-janji politik dalam bidang pendidikan yang ia suarakan. 


Pendidikan selalu menjadi pokok pembahasan yang menarik dan nilai jual yang baik bagi calon pemimpin bangsa dalam berkampanye. Menebar janji politik untuk menjamin pendidikan bagi setiap warga negara, berjanji akan menjalankan amanat undang-undang yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.


Berjanji akan memperjuangkan hak warga negara dalam memperoleh pendidikan, berjanji akan menjadi kepanjangan tangan rakyat dalam mengarungi dunia pendidikan, datang bagaikan malaikat yang memberikan petunjuk untuk kemajuan pendidikan dengan penuh janji dan program yang ditawarkan.


Banyak program dan janji yang terucap namun belum tentu semua janji dapat direalisasikan dan berpihak kepada kepentingan rakyat. Ketika rakyat menagih program dan janji politik banyak dalih yang dikeluarkan, bahkan untuk menemui rakyat yang menuntut janji pun dirasa tidak mungkin. 


Saat ini Indonesia memiliki tiga pasang calon presiden dan wakil presiden. Tentunya ketiga pasangan tersebut sudah merancang sedemikian rupa janji dan program politik yang ditawarkan kepada rakyat Indonesia terutama pada bidang pendidikan.


Menarik memang mendengarkan janji dan program politik yang dicanangkan oleh ketiga calon presiden dan wakil presiden untuk kemajuan pendidikan Indonesia. Melalui Visi dan Misi yang dibuat sebagai arah kerja selama lima tahun yang akan mendatang, dalam misi mereka selalu menjanjikan perbaikan yang akan dilakukan sehingga pendidikan Indonesia tentunya akan menjadi lebih baik lagi.


Apakah benar ketika salah satu dari mereka terpilih, maka pendidikan Indonesia akan mengalami perubahan yang lebih baik? Atau rakyat Indonesia sudah bosan menelan janji-janji politik yang biasanya hanya sekedar janji yang sulit terrealisasi?


Berdasarkan sumber dari KPU ketiga pasangan calon presiden dan wakil presiden Republik Indonesia memiliki misi yang berkaitan dengan pendidikan.


Pasangan nomor urut 1 H. Anies Rasyid Baswedan, Ph.D dan H. A. Muhaimin Iskandar, Dr. (H.C.) memiliki misi yang berkaitan dengan pendidikan yaitu “Mewujudkan manusia Indonesia yang sehat, cerdas, produktif, berakhlak, serta berbudaya”


Selanjutnya pasangan nomor urut 2 H. Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka memiliki misi yang berkaitan dengan pendidikan yaitu “Memperkuat pembangunan sumber daya manusia (SDM), sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender, serta penguatan peran perempuan, pemuda (generasi milenial dan generasi Z), dan penyandang disabilitas”.


Terakhir pasangan nomor urut 3 H. Ganjar Pranowo, S.H., M.I.P. dan Prof. Dr.  H. M. Mahfud MD memiliki visi yang berkaitan dengan pendidikan yaitu “Manusia Indonesia yang sehat, terdidik, dan sejahtera”. 


Ketiga pasangan calon presiden dan wakil presiden sama-sama memiliki misi mengenai pendidikan yang nantinya akan dijual kepada rakyat Indonesia. Banyak program unggulan yang ditawarkan dari ketiga pasang calon presiden dan wakil presiden, ada kesamaaan dari mereka yang berjanji akan meningkatkan kualitas dan kesejahteraan guru, pemerataan pendidikan, memperbaiki fasilitas penunjang pendidikan, beasiswa pendidikan, dan transformasi pendidikan.


Itulah janji politik mengenai pendidikan yang dibuat oleh ketiga pasang calon presiden, dikemas dengan berbagai program berbeda dari setiap pasangan calon presiden dan wakil presiden. Mereka terjun dari satu pelosok ke pelosok lainnya untuk menjual program dan janji politik dengan harapan rakyat dapat membelinya dengan satu suara berharga yang dimiliki oleh rakyat yaitu kekuasaan. 


Realita pendidikan Indonesia saat ini perlu sekali perbaikan untuk kemajuan pendidikan. Pendidikan Indonesia masih memiliki akses yang terbatas ke sekolah, banyak peserta didik yang menempuh jarak yang cukup jauh untuk sampai ke sekolah terutama pada daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar), pemerataan pendidikan perlu ditingkatkan agar seluruh anak bangsa memperoleh haknya dalam pendidikan.


Kualitas dan kesejahteraan guru yang belum tercapai, guru honorer yang menunggu kepastian kesejahteraan dalam pengangkatan menjadi guru P3K, serta kurang jelasnya lulusan program Pendidikan Profesi Guru (PPG) prajabatan untuk calon-calon guru. Beasiswa pendidikan yang masih kurang tepat sasaran. Fasilitas penunjang pendidikan yang kurang memadai pada sekolah di daerah 3T. Transformasi pendidikan yang menyesuaikan dengan zaman dirasa masih menjadi angan-angan untuk daerah-daerah yang belum memiliki akses internet yang baik. Masih banyak problematika pendidikan lainnya.


Begitu banyak problematika pendidikan yang dirasakan oleh rakyat Indonesia. Problematika pendidikan ini dimanfaatkan oleh ketiga pasangan calon presiden dan wakil presiden untuk menarik simpatisan rakyat Indonesia. Menebar banyak program dan janji politik yang ditawarkan, meyakinkan rakyat bahwa mereka adalah pembawa perubahan dalam problematika pendidikan yang ada. Bagaikan pahlawan yang hadir ketika seseorang memerlukan bantuan, berharap benar-benar datang sebagai pahlawan, tidak datang hanya untuk mengemis suara agar dapat duduk di kursi kekuasaan. 


Akankah ketiga pasangan calon presiden dan wakil presiden menepati janji politiknya ketika terpilih nanti? Arah pendidikan Indonesia lima tahun kedepan akan ditentukan oleh pemimpin yang nantinya terpilih, entah kedepannya akan jauh lebih baik atau sebaliknya akan menjadi lebih buruk.


Kitalah yang menentukan itu semua, rakyat Indonesia yang memilih masa depan pendidikan akan menjadi lebih baik atau lebih buruk. Maka dari itu mari kita menjadi pemilih yang cerdas dalam memilih calom pemimpin. Siapapun yang terpilih menjadi presiden dan wakil presiden Indonesia, tentunya rakyat Indonesia berharap dapat memberikan kemajuan untuk Indonesia terutama pada pendidikan.


Semua program dan janji politik dapat direalisasikan dengan baik untuk kepentingan rakyat Indonesia. Mari kita sama-sama kawal janji dan program pendidikan presiden yang terpilih nantinya.


Penulis : M. Dapid Nur

Mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa