Notification

×

Iklan

Adhitia Sofyan dalam Album “Observasi Transisi”, Mengamati Kisah yang Berganti

Rabu, 26 November 2025 | November 26, 2025 WIB Last Updated 2025-11-25T20:16:55Z


SWARABANTEN –
Adhitia Sofyan kembali menghadirkan karya yang mengajak pendengarnya untuk melambat dan menyaksikan perjalanan kehidupan.


Album bertajuk Observasi Transisi, berisi 11 lagu baru, resmi dirilis pada 6 November 2025, lalu.


Di tengah dunia yang semakin cepat, ramai, dan sering kali melelahkan, Observasi Transisi hadir sebagai ruang tenang untuk menyambut kesendirian di antara hingar-bingar dunia.


Seperti lagu pembukanya, “Pencerita”, yang sudah dirilis pada bulan Juni lalu, album ini menjadi perjalanan reflektif tentang bagaimana kita memahami perubahan dan berdialog dengan diri sendiri.


Sebuah Catatan Perjalanan Rasa

Observasi Transisi tercipta dari momen saat terjadinya perubahan perasaan dan suatu pandangan, seakan kita mencoba memahami apa yang sedang terjadi tanpa terburu-buru bertindak.


Momen ini membuat Adhitia Sofyan mulai mengamati transisi yang dia alami sendiri dan menuangkannya menjadi rangkaian lagu. 


“Kalo beruntung, mungkin kita bisa mundur sejenak untuk melihat dan memperhatikan hidup. Kita menjadi pengamat tanpa harus bereaksi atau terbawa emosi. Lalu, harapannya kita bisa lebih terbuka dalam menjalani hidup.”, ujar Adhitia Sofyan tentang makna di balik judul albumnya.


Album ini juga menjadi album penuh berbahasa Indonesia pertama oleh Adhitia Sofyan, sekaligus kembali ke format akustik yang menjadi ciri khasnya.


Dalam album ini, dia menambahkan warna baru melalui sentuhan bossa nova dan alunan senar selayaknya pada orkestra.


Dari Romansa Menuju Refleksi Diri

Berisi 11 lagu, album ini memadukan kisah cinta dan refleksi kehidupan, disusun runut seperti perjalanan emosi yang perlahan berubah.


Sebagai lagu pembuka album, “Sembunyi Dulu” merepresentasikan inti dari album ini yaitu ajakan untuk memberi diri sendiri ruang bernapas, menata, dan menenangkan diri sebelum kembali ke realita.


Lagu-lagu seperti “Pencerita,” “Dialog Diri,” dan “Sumbang” juga berbicara tentang refleksi kehidupan. Tema yang mungkin terasa baru bagi Adhitia, yang sebelumnya lebih dikenal lewat lagu-lagu romansa.


Melalui karya-karya ini, dia mengobservasi transisi yang dialami sendiri, sejalan dengan tema album ini. 


Sementara tujuh lagu lainnya tetap menyimpan sisa romantis yang kini dilihat dari perspektif berbeda, dari masa indah bersama pasangan, hingga saat harus kembali sendiri dan menata kehidupan.


“Aku rasa, menulis lagu tentang cinta itu kadang ada keegoisan di dalamnya, karena berpusat pada rasa diriku sendiri. Sekarang aku ingin melihat apa yang orang lain rasakan juga, karena hidup gak selalu indah, perjuangan dan kesulitan juga harus dirasakan," ujar Adhitia Sofyan.


"Album ini adalah ruang untuk kalian yang ingin sendiri dan lebih mengenal diri sendiri, yang terkadang sering lari dari kesempatan untuk bicara dengan diri sendiri karena terasa sulit," pungkasnya.**