Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Sengkarut Program Sembako di Lebak, Aktivis Minta Segera Diaudit

Kamis, 11 Juni 2020 | Juni 11, 2020 WIB Last Updated 2020-06-11T06:50:45Z
Deden Haditia
SwaraBanten.com - Menyoal program sembako (bantuan pangan non tunai) di Kabupaten Lebak, pegiat anti korupsi Deden Haditya, meminta aparat yang berwenang untuk segera melakukan evaluasi.

“Melihat kegaduhan penyaluran program bantuan sembako pangan, kami mendesak adanya audit BPK, untuk melakukan pemeriksaan terhadap dugaan markup harga komoditas, mutu komoditas serta sasaran penerima Program yaitu KPM (kelompok penerima manfaat),” kata Deden, Rabu (10/06/2020)

Selain penyaluran, Deden juga menilai verifikasi dan validasi data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) belum optimal dengan standar yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Sosial (Permensos) Nomor 28 tahun 2017 tentang Pedoman Umum Verifikasi dan Validasi Data Terpadu Penanganan Fakir Miskin dan Orang tidak Mampu.

“Intinya kami minta pengawasan ini dilakukan secara serius dan konkrit, agar sembako yang disalurkan tepat sasaran dan komoditas yang disalurkan sesuai mutu yang sebanding dengan harga yang dibeli oleh KPM,” ujarnya.

Permasalahan lainnya, lanjut Deden, adalah keberadaan agen-agen yang masih terbilang dadakan ini, harus benar-benar di croscek oleh auditor.

“Jangan sampai program bantuan untuk fakir miskin ini justru digunakan sebagai objek bisnis, untuk meraup keuntungan besar oleh kelompok dan golongan kepentingan semata,” imbuhnya.

Menyikapi kegaduhan program sembako ini, salah seorang eksposen ’98 E Sudrajat, meminta pihak-pihak yang berwenang untuk melaksanakan fungsi pengawasan dengan benar, terlebih ini menyangkut hajat hidup orang miskin.

“Kasihan penerima manfaat. Program ini bila semuanya sesuai dengan ketentuan, pasti tak akan timbul kegaduhan. Bila ramai, ada dugaan kuat penuh dengan nuansa kongkalingkong,” ujar Sudrajat yang akrab dipanggil Jeje.

Solusinya, kata Jeje, Dinsos Lebak dan Dinsos Banten termasuk Kemensos semestinya merespon cepat dengan kegaduhan yang terjadi di Kabupaten Lebak.

“Miris saya mendengarnya, program sembako yang semestinya untuk memperbaiki gizi masyarakat tak mampu, kok terkesan menjadi ajang bisnis,” ucap Jeje. (kc/red)