SwaraBanten.com - Dalam rangka memantapkan persiapan Festival Seni Multatuli (FSM) Tahun 2019, Pemerintah Kabupaten Lebak melalui Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten Lebak, bersama Tim Platform Kebudayaan Indonesiana menggelar Lokakarya Penguatan Kapasitas Penyelenggaraan Festival dalam Flatform INDONESIANA 2019 bertempat di Aula Museum Multatuli, Rangkasbitung, Jum'at (2/8/2019)
Kepala Kebudayaan Dindikbud Kab. Lebak, Wawan Sukmara menyampaikan, bahwa Festival ini merupakan festival tahun ke-2, yang digelar di Kabupaten Lebak dibawah naungan Indosiana Platform yang akan di dorong selama 3 tahun berikutnya.
"Ditahun ini, kami mencoba untuk mengevaluasi dari kegiatan festival tahun kemarin. Meskipun sudah mendapat nilai A oleh Kementerian, ini dilakukan karena Kami sadar masih banyak kekurangan dalam festival ini, salah satu upaya yang dilakukan bukan hanya mengefektifkan tim kerja saja tetapi lebih mengoptimalkan dampak keterlibatan semua pihak terhadap museum Multatuli,” ujar Wawan.
Wawan menambahkan, bahwa setelah kegiatan ini akan ada kegiatan lainnya seperti Workshop. Dengan tujuan, agar keberminatan pihak lain baik itu Manca Negara maupun Nasional, semakin kuat dan menjadi nilai Lebih bagi Museum Multatuli, khususnya untuk memotivasi sastrawan yang ada di Kabupaten Lebak, agar lebih semangat lagi untuk menuliskan setiap momment bersejarah di Kabupaten Lebak.
Sementara itu Tim Ahli Knowledge Management Indonesiana, Anung Karyadi mengatakan, Lebak itu menarik. Karena lebak menjadi salah satu kota yang berani mengangkat sastra. Menurut pengakuannya, sastra saat ini dinilai sudah mulai tersisihkan.
Anung juga mengklaim kegiatan ini satu-satunya tempat dimana kegiatan workshop seperti ini sebagian besar diikuti anak muda. “Ini menunjukan proses yang ada nanti terus berlanjut dan diharapkan menjadi proses transfer knowledge antar peserta workshop baik yang pemula maupun yang telah berpengalaman,” ujar Anung. (hms/red)
Kepala Kebudayaan Dindikbud Kab. Lebak, Wawan Sukmara menyampaikan, bahwa Festival ini merupakan festival tahun ke-2, yang digelar di Kabupaten Lebak dibawah naungan Indosiana Platform yang akan di dorong selama 3 tahun berikutnya.
"Ditahun ini, kami mencoba untuk mengevaluasi dari kegiatan festival tahun kemarin. Meskipun sudah mendapat nilai A oleh Kementerian, ini dilakukan karena Kami sadar masih banyak kekurangan dalam festival ini, salah satu upaya yang dilakukan bukan hanya mengefektifkan tim kerja saja tetapi lebih mengoptimalkan dampak keterlibatan semua pihak terhadap museum Multatuli,” ujar Wawan.
Wawan menambahkan, bahwa setelah kegiatan ini akan ada kegiatan lainnya seperti Workshop. Dengan tujuan, agar keberminatan pihak lain baik itu Manca Negara maupun Nasional, semakin kuat dan menjadi nilai Lebih bagi Museum Multatuli, khususnya untuk memotivasi sastrawan yang ada di Kabupaten Lebak, agar lebih semangat lagi untuk menuliskan setiap momment bersejarah di Kabupaten Lebak.
Sementara itu Tim Ahli Knowledge Management Indonesiana, Anung Karyadi mengatakan, Lebak itu menarik. Karena lebak menjadi salah satu kota yang berani mengangkat sastra. Menurut pengakuannya, sastra saat ini dinilai sudah mulai tersisihkan.
Anung juga mengklaim kegiatan ini satu-satunya tempat dimana kegiatan workshop seperti ini sebagian besar diikuti anak muda. “Ini menunjukan proses yang ada nanti terus berlanjut dan diharapkan menjadi proses transfer knowledge antar peserta workshop baik yang pemula maupun yang telah berpengalaman,” ujar Anung. (hms/red)