Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Warga Kembali Tolak Pembangunan Geothermal Padarincang

Senin, 09 Maret 2020 | Maret 09, 2020 WIB Last Updated 2020-03-09T05:30:38Z
SwaraBanten.com - Tuntut pencabutan Surat Keputusan (SK) WKP Kaldera Danau Banten, ribuan masyarakat berkumpul menyuarakan penolakan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Geothermal di Kampung Wangun, Desa Batukuwung, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten, Minggu (08/03/2020)

Masyarakat yang hadir dari berbagai daerah di wilayah Provinsi Banten tersebut menggelar istighosah dan mimbar bebas di depan akses masuk pembangunan PLTPB.

Dalam orasinya, salah satu Ustadz di Padarincang, Aunillah mengatakan, bahwa maksud dari istighosah dan mimbar bebas yang dilakukan kali ini untuk menyampaikan penolakan terhadap pembangunan PLTPB serta menuntut kepada Pemerintah agar mencabut SK WKP Kaldera Danau Banten.

“Istighosah dan mimbar bebas ini kami lakukan dalam rangka menolak pembangunan PLTPB Geothermal dan kami menuntut pada pemerintah, cabut SK WKP Kaldera Dano Banten,” katanya saat orasi.

Ia juga mengatakan, bahwa masyarakat yang tergabung dalam Aliansi Syarekat Perjuangan Rakyat (Sapar) telah melakukan perjuangan dalam hal penolakan PLTPB sudah 5 tahun lamanya.

Menurutnya, ini merupakan bukti tekad masyarakat dalam menolak Proyek Geothermal di Kampung Wangun, Desa Bantukuwung, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang.

“Kami berjuang sudah 5 tahun lamanya. Segala bentuk hinaan, caci maki, bahkan adu domba ulama dengan masyarakat kami terima begitu saja, dengan keikhlasan dan keteguhan kami tetap berdiri tegak untuk tetap menolak PLTPB untuk menjaga kampung halaman kami dari kerusakan,” jelas Aunillah.

Sementara itu, Kiyai Jamaludin salah satu Kiai asal Kabupaten Pandeglang dalam orasi mimbar bebasnya menuturkan, bahwa masyarakat harus tetap bersatu untuk menolak pembangunan dan bersama-sama mengusir perusahaan yang telah meresahkan masyarakat.

“Usir perusahaan yang meresahkan masyarakat, rakyat siap berjuang sampai titik darah penghabisan dalam perjuangan penolakan pembangunan yang merusak,” tegasnya. (red/uc)