sumber: @pandemictalks
SWARABANTEN - Kasus kasus kanker penis global diprediksi akan meningkat lebih dari 77 persen hingga 2050.
Publikasi jurnal JMIR Public Health and Surveillance pada 2022, menyebutkan analisis skala besar yang melibatkan data terbaru dari 43 negara.
Laporan jurnal tersebut menemukan, bahwa jumlah kasus kanker penis dibeberapa negara mengalami peningkatan.
Melansir @pandemictalks, disebutkan bahw kasus tertinggi pada periode 2008-2012 ada di Uganda (2,2 kasus per 100,000 pria).
Kemudian disusul negara Brasil (2,1 kasus per 100.000 pria) dan Thailand (0,1 per 100.000 pria).
Merujuk laporan tersebut, tulis @pandemictalks, kasus kanker penis di Inggris meningkat dari 1,1 menjadi 1,3 per 100.000 pria pada periode 1979-2009.
Sementara kasus di Jerman naik 50% dari 1,2 menjadi 1,8 per 100.000 pria pada periode 1961-2012.
Sementara itu, pada kurun 2012-2022, Kementerian Kesehatan Brasil mencatat laporan 21.000 kasus kanker penis, dengan angka kematian mencapai 4.000.
Bahkan, selama satu dekade terakhir, telah dilakukan lebih dari 6.500 amputasi, atau rata-rata satu amputasi tiap dua hari.
Gejala kanker penis biasanya termasuk munculnya benjolan di penis yang tidak kunjung sembuh dan bau yang tak sedap.
Bila kanker penis terdeteksi sejak dini, kemungkinan besar ia bisa sembuh melalui operasi pengangkatan lesi – jaringan kulit tak normal, radioterapi, dan kemoterapi.
Seperti diunggah @pandemictalks, bila tidak ditangani, penderita bisa jadi harus menjalani amputasi penis sebagian atau total, serta amputasi organ genital lain seperti testikel. (ts)