Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Pengerjaan Proyek P3TGAI di Mekarsari Banyak Kejanggalan dan Lamban

Sabtu, 26 September 2020 | September 26, 2020 WIB Last Updated 2020-09-26T05:31:30Z

SwaraBanten.com - P3TGAI merupakan program Kementerian PUPR Direktorat Sumber Daya Air, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cidanau-Ciujung-Cidurian dengan sumber anggaran dari APBN sebesar Rp 195.000.000 per lokasi,salah satunya di Desa Mekarsari Kec Cihara Kab Lebak

Pengerjaan Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air (P3-TGAI) Daerah Irigasi (DI) Cimandiri yang berlokasi di Desa Mekarsari Kecamatan Cihara Kabupaten Lebak - Banten dinilai lamban. Dari beberapa titik P3-TGAI pemasangan fisik yang ada di Desa Mekarsari baru dimulai dikarenakan kurangnya bahan material yang ada. Jum'at (25/09/2020).

Seperti yang disampaikan A.Riefai, aktivis Lebak Selatan (BAKSEL) bahwa  ketika dirinya mengecek lokasi pengerjaan P3-TGAI di Mekarsari masih banyak kejanggalan-kejanggalan yang ia temukan.

"Ada beberapa catatan kejanggalan ketika saya cek pengerjaan P3-TGAI di Mekarsari, diantaranya ialah lamban atau tertinggal dari proyek yang sama di daerah lainnya, sebagian daerah lain sudah mencapai 50-80%, tapi di Mekarsari baru mulai. Dari informasi yang kami dapat di lapangan, anggarannya terlambat," ujarnya saat menengok lokasi pada Rabu, (23/09/2020).

Selain kejanggalan tersebut, Riefai juga memaparkan hasil temuannya terkait bahan material program tersebut.

"Material batu yang kami lihat dikumpulkan oleh para pekerja dari sekitaran proyek, yang kami duga kualitasnya kurang bagus karena berjaket coklat, padahal untuk pembelian bahan material kan pasti ada anggarannya, dan semen belum ada sehingga belum dikerjakan, ini salah satu faktor keterlambatan," pungkasnya.

Sementara itu, salah satu pekerja membenarkan bahwa batu hanya diambil dari sekitaran proyek dan keterlambatan dikarenakan belum ada material semen.

"Iya pak, ini batu dari sekitaran sawah saja, dan dibayar kepada yang punya tanah, kalau mengenai harga repot pak, masa satu kubik dihargai Rp 40.000 terima ditempat, padahal kalau beli pakai mobil udah terlihat tuh harganya. Belum ada semen, tapi coba tanya saja ke yang lain, saya mah cuma kerja ngangkutin batu," ungkap seorang pekerja yang tidak mau menyebutkan namanya. (arb/chong)